BAB IPENDAHULUANPembaharuan lebih dikenal dengan sebutan modernisasi,
yang lahir dari dunia barat. Sebutan mdernisasi ada sejak terkait dengan masalah
agama. Kata modernisasi dalam masyarakat barat mengandung pengertian pemikiran,
aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi
lama dan sebagainya, agar semua itu dapat disesuaikan dengan pendapat-pendapat
dan keadaan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern. Namun bukan berarti pembaharuan disini mengubah isi Al-Quran dan Hadist. Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat Islam.Pada abad kedelapanbelas terjadi persaingan keras
antara Perancis dan Inggris untuk berebut pengaruh di dunia Timur. Oleh karena
itu Napoleon Bonaparte (1769-1821) dari Perancis melihat kedudukan Mesir,
secara geografis, sangat strategis sebagai batu loncatan untuk menguasai India,
meskipun nantinya usahanya gagal di Palestina.[1]Napoleon Bonaparte bersama tentara Perancis mendarat
di Alexandria, Mesir, pada tanggal 2 Juli 1798. Saat itu pertahanan kerajaan
Turki Usmani dan Mamluk berada dalam keadaan lemah. Berdasarkan literatur yang ada disebutkan bahwa kota-kota
penting seperti Alexandria, Rasyid dan Kairo telah jatuh
ketangan Napoleon Bonaparte.[2]Muhammad Ali Pasha menyadari akan kemunduran
orang-orang Mesir setelah pendudukan Napoleon Bonaparte, semenjak itulah M. Ali
Pasha mengadakan pembaharuan dalam masyarakat Mesir dalam bidang ekonomi,
militer, pendidikan dan publikasi. M. Ali Pasha dalam hal pendidikan mendirikan
Sekolah Modern (tingkat dasar, menengah dan tinggi). M. Ali Pasha juga
melakukan inovasi pendidikan dalam lini kurikulum meliputi: Ilmu Pengetahuan
Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, dan
Pengetahuan Keterampilan. Pembaharuan inilah menurutnya dapat membangun negeri
Mesir dari ketertinggalan.BAB IIPEMBAHASANMUHAMMAD ALI PASHA
(1765-1849)A. Biografi Muhammad Ali PashaMuhammad Ali Pasha dilahirkan
pada bulan Januari 1765 M, di Kawalla, sebuah kota yang terletak dibagaian
utara Yunani dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Negeri inti telah menjadi
bagaian Negara Turki Utsmani sejak ditaklukkannya oleh Sultan Muhammad II
Al-fatih (855 H/1451 M – 886H/1481 M) pada tahun 857 H/1453 M dan baru dapat
melepaskan diri dari kekuasaan Istanbul pada tahun 1245 H/1829 M.[1]Ayah
Muhammad Ali Pasha bernama Ibrahim Agha,
seorang imigran Turki, kelahiran Yunani. Ia mempunyai 17 orang
putera dan salah seorang diantaranya bernama Muhammad Ali Pasha.
Pekerjaan ayahnya disamping sebagai penjual rokok juga sebagai kepala
petugaspada sebuah kota didaerahnya.Pada awal
keahadiran Muhammad Ali pasha di Mesir, hubungannya berjalan dengan mudah
menyesuaikan diri dengan masyarakatnya. Hampir setiap
masalah yang muncul dapat diselesaikan, karena Ia dikenal sebagai perwira yang luwes dan
mempunyai wawasan masa depan. Tetapi ketika Ia mulai menerapakan ide-idenya, maka mulailah
muncul tantangan dari penduduk Mesir terutama dari kaum ulama’.[2]Namun karena kearifannya,
Muhammad Ali Pasha dapat meredam setiap reaksi yang muncul sehingga dalam waktu
singkat Ia dapat mewujudkan program pembaharuannya dalam berbagai bidang antara
lain bidang militer, ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan.Pertama bidang militer, seperti
halnya dengan raja-raja lainnya, Muhammad Ali Pasha pertama-tama melakukan
rekontruksi terhadap kekuatan militernya, karena Ia yakin bahwa kekuasaan hanya
dapat dipertahankan dan diperbesar dengan kekutan militer. Tetapi
berlainan dengan raja-raja lain, Ali Pasha mengerti bahwa dibelakang kekuatan militer itu
mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan dalam bidang
militer dan bidang-bidang lain yang berhubungan dengan urusan militer.Pendudukan
Mesir oleh Napoleon dengan kemenangan perang yang amat cepat telah membuka mata
Muahmmad Ali Pasha tentang kelemahan umat Islam. Untuk
melawan Napoleon Bonaparte yang telah menguasai Mesir, Sultan Hamid III
(1789-1807) mengumpulkan tentara. Salah seorang perwiranya ialah Muhammad Ali
Pasha.Setelah Muhammad Ali Pasha dewasa
Ia bekerja sebagai pemungut pajak, namun karena kecakapannya dalam pekerjaan
ini, Ali Pasha menjadi kesayangan Gubernur Utsamani setempat. Akhirnya Ali Pasha diangkat
sebagai orang yang membantu Gubernur tersebut dan mulai dari waktu itu bintangnya
terus menaik. Selanjutnya Ia masuk dunia militer dan dalam lapangan ini
juga menujukkan kecakapan dan kesanggupannya, sehingga pangkatnya cepat naik
menjadi perwira. Ketika pergi ke-Mesir Ali Pasha mempunyai kedudukan wakil perwira yang
mengepalai pasukan yang dikirim dari daerahnya.Ali Pasha dalam pertempuran
dengan tentara Perancis, menujukkan keberanian yang luar biasa. Karena itu, Ali Pasha diangkat
menjadi colonel. Ketika tentara Perancis meninggalkan Mesir pada tahun 1801. Ali Pasha betul-betul
menjadi penguasa penuh Mesir. Ia menjadi wakil resmi sultan (Kerajaan Utsmani)
di Mesir. Ia menjalankan kekuasaan sebagai dictator. Pada tahun 1805, Ia
memberinya gelar Pasha pada dirinya sendiri.Muhammad
Ali Pasha
mengetahui bahwa kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dengan kekuasaan
militer. Di belakang kekuatan militer itu harus ada kekuatan ekonomi. Inilah
dua pemikiran pokok beliau. Muahmmad Ali Pasha turut
memainkan peranan penting dalam kekosongan kekuasaan politik yang timbul
sebagai akibat dari kepergian tentara waktu itu. Kaum Mamluk
yang dahulu lari dikejar Napoleon kembali ke Kairo untuk memegang kekuasaan
mereka yang lama.
Dari
Istanbul datang pula Pasha dengan tentara Utsmani. Kedua golongn ini
berusaha keras untuk merebut kekuasaan bagi pihaknya. Simpati rakyat
Mesir menaruh rasa benci kepada kaum Mamluk dapat diperolehnya. Pasukan
dipimpinnya bukan terdiri dari orang-orang turki, tetapi dari orang-orang
Albania. Kedua unsur ini memperkuat kedudukannya untuk memasuki pertarungan
merebut kekuasaan.Setelah memasuki puncak kekuasaan
di Mesir Muahmmad Ali Pasha mulai memusnahkan pihak-pihak yang mungkin akan
menentang kekuasaannya, terutama kaum Mamluk. Kesempatan timbul ketika yang
tersebut belakangan ini berusaha untuk membunuh Muhammad Ali, tetapi konspirasi
mereka ketahuan, pimpinan-pimpinannya ditangkap dan dibunuh. Muhammad
Ali Pasha bersikap
seolah-olah mengampuni yang lain, dan suatu ketika mengundang mereka berpesta
di Istananya di bukit Mukattam.Setelah mereka semua masuk,
pintu-pintu yang membawa ke daerah Istana dikunci dan sebelum pesta selesai Ali
Pasha diberi tanda untuk menyembelih mereka semuanya. Menurut cerita dari 470
kaum Mamluk, hanya seorang yang dapat melepaskan diri dengan melompat dari
pagar istana kejurang yang ada di bukit Makattam itu. Kaum Mamluk yang ada
diluar Kairo kemudian diburu, mana yang dapat dibunuh dan sebahagian kecil
dapat melarikan diri ke Sudan. Pada akhir tahun 1811, kekuatan kaum Mamluk di
Mesir telah habis.[3]Aspek
lain yang menarik
dari kebijakan Muhammad Ali Pasha adalah pengiriman mahasiswa-mahasiswa Mesir ke
Italia, Perancis, Inggris dan Austria untuk mempelajari berbagai bidang kajian
modern. Setelah kembali mereka diminta untuk menterjemahkan karya-karya teknis
diberbagai bidang. Muhammad Ali Pasha mendirikan penerbitan untuk menyebarluaskan
ilmu-ilmu baru ini.
Meski pada mulanya Ia bermaksud
membatasi skop kegiatan para mahasiswa ini hanya pada skil-skil yang akan
mendukung kekuasaannya, dalam kenyataannya tidaklah demikian. Para mahasiswa yang
dikirim ke Eropa ini pada gilirannya membawa kembali ide-ide baru, kemungkinan
besar, lebih banyak dari yang semula ia kehendaki.B. Gerakan Pembaharuan Muhammad Ali PashaMuhammad
Ali Pasha
(1765-1849) perlu deberi sedikit catatan. Meskipun sebenarnya lebih tepat
disebut sebagai tokoh sejarah politik, akan tetapi beberapa kebijakkan yang
diambilnya untuk tujuan politik pribadinya ternyata berkaitan dengan
timbulnya pembaharuan pemikiran di Timur Tengah khususnya di Mesir.
Kepiawaiannya memanfaatkan situasi membuat Muhammad Ali naik ke tampuk
kekuasaan. Pada tahun 1805 Ia berhasil memantapkan kedudukannya sebagai
penguasa, diakui oleh sultan di Istanbul dan diterima oleh rakyat Mesir.[4]Sebagai kepala pemerintahan karir
Muhammad ali pasha, sangat menonjol pada permulaan dasawarsa kedua dari abad
ke-19 ia sebagai negarawan dan politikus cukup berpengaruh di afrika Utara dan
dunia arab. Pada tahun 1228/1813 Ia mengirimkan dari Mesir satu ekspedisi atas
permintaan Sultan Utsmani ketika itu, dan ekspedisi ini dapat membebaskan kota
Mekkah dan Madinah dalam tahun itu juga.Muhammad Ali Pasha mengetahui
bahwa kekuasaanya hanya dapat diperthankan dengan kekuatan militer. Dibelakang
militer itu harus ada kekuatan ekonomi. Untuk memperkuat perekonomian ia
memperbaiki irigasi lama, membuat irigasi baru, penanaman kapas, mendatangkan
ahli dari eropa dan membuka sekolah pertanian pada tahun 1863. Tanah kaum
Mamluk dirampas pemerintah, begitu pula dengan tanah orang-orang kaya di Mesir.Muhammad Ali Pasha menganggap
bila tanah rakyat sudah dikuasi, akan terjadi pengelolaan tunggal pertanian
yang merupakan tulang punggung pertanian Mesir saat itu. Muhammad
Ali Pasha ingin
memonopoli perdagangan di negerinya. Untuk memperkuat militer, Ia tidak
segan-segan mendatangkan tenaga-tenaga dari Perancis. Tak lama kemudian
terbentuklah Nizam-ijedid yang merupakan model baru angkatan bersenjata
Muhammad Ali Pasha.
Hal yang
menghebohkan diantaranya merampas kejayaan para penguasa Mesir dan memanfaatkan
harta kaum Mamluk yang sudah dilakukannya. Kejayaan inilah yang
dijadikannya model untuk membiayaai sector pertanian, sistem irigasipun
diterapkannya, dengan begitu suplai bibit kapas dari India, dan Sudan yang
didatangkannya besar-besaran. Tenaga ahli pertanian dari luar negeri juga didatangkan
untuk memperlicin industri-industri modern di Mesir.Kendati
buta huruf, perhatiannya terhadap dunia pendidikan sungguh sangat besar, ini
terbukti dengan didirikannya kementrian pendidikan pada tahun 1815, yang
sebelumnya tidak dikenal. Beberapa sekolah modern seperti sekolah militer tahun
1815, sekolah teknik 1816, sekolah kedokteran 1827, sekolah apoteker 1829,
sekolah pertambangan 1834, sekolah pertama 1836, sekolah penerjemahan 1836.Kurikulum-kurikulum
pendidikan dirombak dan beberapa mata pelajaran menyesuaikan diri sesuai
kebutuhan saat itu. Beberapa tambahan mata pelajaran umum tadinya tidak
dirumuskan termasuk mempelajari secara insentif bahasa Eropa menjadi kewajiban
di Sekolah-sekolah
menengah dimaksud. Begitu juga spesialisasi keahlian dibidang-bidang terapan
mengalami penekanan yang makin penting.Langkah-langkah
Muhammad Ali Pasha tesebut sangat baru bagi rakyat Mesir tentu
saja mereka menyambut dengan gembira. Apalagi banyak pemuda cerdik dan pandai
banyak yang dikirim ke barat dalam usaha mempelajari bahasa eropa dan metode
penerjemahan. Muhammad Ali Pasha melakukan perbaikan dan pembaharuan di bidang
militer dan ekonomi.Setelah
menghancurkan militer Mamluk ia membangun kembali militer modern, mencakup
angkatan darat dan laut. Dalam hal ini ia memanfaatkan tenaga-tanga militer
Perancis sebagai pelatih.[5] Pada tahun 1812 tanah wakaf dijadikan milik
Negara, orang-orang yang dahulunya deberi hak untuk menguasai tanah, kini
berstatus penyewa tanah-tanah Negara. Perdagangan luar negeri dimonopoli oleh
Negara. Kemudian tahun 1815 semua hasil kapas dan bahan-bahan pakaian dikuasai
oleh Negara., selanjutanya hasil biji-bijian dan hasil tambang juga berada
dibawah penguasaan Negara.[6]Muhmamad
Ali Pasha
tampaknya berusaha untuk merebut seluruh hasil perekonomian Negara, meskipun
harus mengorbankan sistem kendali modal dari para pemilik tanah dan kaum
modalis berstatus penduduk pribumi. Kebijaksanaan yang dijalankan Muhammad Ali
Pasha dalam
rangka meningkatkan perekonomian di Mesir pada tahun-tahun pertama memang
mendapat protes dari kaum pribumi, akan tetapi Muhammad Ali juga menyadari
bahwa konsekuensi logis dari kemajuan suatu bangsa adalah adanya kesedihan
rakyatnya untuk menyerahkan sebagaian hasil miliknya kepada Negara.Para
pelajar dan sarjana yang selesai tugas belajarnya disuruh kembalai untuk
mengabdikan ilmunya. Disnilah titik awal sejarah modern secara nyata bagi
rakyat Mesir. Ilmu
pengetahuan modern pun telah mempengaruhi pola intelektual dan
sikap ilmiah generasi muda Mesir, mereka selain bekerja sebagai birokrat,
pendidik ada yang secara langsung menjadi arsitek bagi modernisasi Mesir
dibawah pemerintahan Muhammad Ali Pasha.Usaha-usaha pembaharuan
perekonomian yang diterapkan oleh Muhammad Ali Pasha di Mesir meskipun mendapat
kecaman pada awalnya, bahkan sebagaian usaha perekonomian dianggap tidak
berhasil, namun secara umum sistem perekonomiannya memberikan kontribusi yang
besar bagi kemajuan bangsa Mesir terutama dalam masa-masa selanjutnya.Pembaharuan yang dilkukan oleh
Muhammad Ali dibidang pendidikan yang mana, sebelumnya telah diuraikan, banyak
didirikannya sekolah-sekolah bagi rakyatnya, boleh dikatakan serupa inilah
barulah kali ini didirikan didunia Islam, sekolah-sekolah yang jauh berlainan
dengan sekolah-sekolah tradisional hanya mengjaarkan agama. Ada tiga hal yang
terpenting yang dihadapi saat itu, yakni soalguru, soal mahasiswa dan soal buku.Untuk mengatasi persoalan guru,
Ali mengirimkan mahasiswa-mahasiswa keluar Mesir, murid-murid dibujuk dengan
pemberian gaji yang menarik. Mereka diberi program pelajaran yang intensif
yang jauh berlainan dari program di sekolah-sekolah tradisional (madrasah).
Buku-buku yang dipakai disekolah Eropa diterjemahkan kedalam bahasa Arab, oleh
penerjemah yang pandai dalam bahasa Asing, dan yang bekerja di Dewan Muhammad
Ali, oleh pegawai dan departemen-departemen dan oleh mahasiswa yang sedang
belajar di Eropa.Tentunya cara yang dipakai ini
membawa hasil yang kurang memuaskan karena penerjemah-penerjemah bukanlah ahli
dalam ilmu-ilmu yang terkandung dalam buku-buku yang perlu diterjemahkan itu
hasil penerjemahan tidak sempurna dankarena penerjemahan terkadang adalah
pekerjaan sambilan, penerjemahan berjalan dengan lambat. Dalam hubungan ini ada
diceritakan bahwa sekumpulan mahasiswa yang baru selesai dari studinya dan
kembali dari Eropa, semuanya dikunci dalam suatu benteng didekat Istana
Muhammad Ali, dan diberikan buku-buku untuk diterjemahkan dalam bahasa
Perancis ke dalam bahasa Arab.[7]Selain
itu di Paris didirikan satu rumah Mesir untuk menampung para pelajar yang datang untuk
belajar, dan para pelajar yang dikirim tersebut diarahkan untuk menekuni
ilmu-ilmu kemiliteran darat dan laut, arsitek, kedokteran, dan obata-obatan.
Pada fase-fase inilah Muhammad Ali Pasha semakin dikenal sebagai pembaharu di
Mesir, orang yang tadinya menyangsikan keberadaannya di Mesir kembali dari
Eropa dan sebaliknya orang-orang Eropa yang sengaja datang ke
Mesir berangsur-angsur kembali ke Negara mereka, kemudian diganti dengan tenaga
baru sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang semakin pesat.Ide-ide
modernisme Muhammad
Ali Pasha
mengalir deras yang diwujudkannya dalam program-program fisik yang sangat
berarti bagi Mesir. Cakrawala Negara-negara maju Eropa juga dikenal, padahal
selam ini masih asing bagi mereka. Walaupun Ali telah meletakkan dasar-dasar
pembaharuan di Mesir, namun apa yang dilakukannya tersebut masih bersifat fisik
dan belum banyak menyentuh secara vital terhadap sumber-sumber penting dalam
Islam.Sebagai
tokoh pembaharuan Muahmmad Ali pasya mengadakan pembaharuan dalam masyarakat
Mesir dengan memodernisasikan dibidang pertanian, perdagangan, perindustrian,
militer, pendidikan, dan publikasi. Dalam bidang publikasi, Muhammad Ali
menertibkan sebuah surat kabar yang bernama al-waqa’I al-mishriyat ditahun
1244/1828. Surat kabar ini baru memuat pengetahuan-pengetahuan tentang
kemajuan-kemajuan barat setelah berada dibawah pimpinan al-thahtawi.[8]Dari
kegiatan yang dimulai Muhammad Ali inilah lahir generasi pertama inteligensi
Mesir modern. Dan pada dekade 1830-an generasi awal ini telah mulai
berperan dalam sejarah Mesir. Berbagai disiplin ilmu dikembangkan untuk
mendukung pembangunan dan kemajuan Mesir, seperti peningkatan mutu dalam bidang
kedokteran, ilmu pasti, ilmu fisika, dan ilmu sastra. Asimilasi dalam bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan semakin meluas sehingga Muhammad Ali Pasha semakin
tersohor, bukan hanya di belahan dunia juga sampai melintasi benua-benua
lainnya.C. Inovasi Dalam Lembaga
Pendidikan Di MesirPembaharuan Pendidikan di Mesir
tidaklah terjadi dalam kevakuman kebudayaan dan peradaban masyarakatnya. Akan
tetapi karena adanya kontak yang terjadi antara masyarakat Mesir dengan
peradaban Barat Modern selama pendudukan Napoleon Bonaparte dari perancis yang
menyadarkan mereka atas kemundurannya.Muhammad Ali Pasha, pemimpin
Mesir, ketika itu yakin percaya bahwa, untuk membangun negeri Mesir dalam
berbagai bidang sangat diperlukan ilmu-ilmu modern dan sains sebagaimana yang
dikenal di Barat. Untuk itulah ia memodernisasikan lembaga pendidikan Islam
dengan mendirikan sekolah-sekolah modern dan memasukan ilmu-ilmu modern dan
sains kedalam kurikulumnya. Sekolah-sekolah inilah yang kemudian yang dikenal
sebagai sekolah modern di Mesir pada khusunya dan dunia Islam pada umumnya.Saat itu Mesir masih mempunyai
sistem pendidikan tradisional yaitu kuttab, masjid, madrasah, dan
jami’ al-Azhar. Sementara itu M. Ali Pasha melihat jika Ia memasukkan kurikulum
modern kedalam lembaga pendidikan tradisional tersebut maka sangat sulit oleh
karena itulah Ia mengambil jalan alternatif dengan cara mendirikan sekolah
modern disamping madrasah-madrasah tradisional yang telah ada pada masa itu
masih tetap berjalan.Adapun nama-nama sekolah modern
yang didirikan Muhammad Ali Pasya diantaranya adala:[9]
No
|
Nama Sekolah
|
Tahun Berdiri
|
Tempat
|
Tingkat
|
1
|
Sekolah Militer
|
1815
|
Kairo
|
Menengah
|
2
|
Sekolah Teknik
|
1816
|
Kairo
|
Menengah
|
3
|
Sekolah Kedokteran
|
1827
|
Kairo
|
Menengah
|
4
|
Sekolah Apoteker
|
1829
|
1829 Kairo
|
Menengah
|
5
|
Sekolah Pertambangan
|
1834
|
Kairo
|
Menengah
|
6
|
Sekolah Pertanian
|
1836
|
Kairo
|
Menengah
|
7
|
Sekolah Penerjemahan
|
1836
|
Kairo
|
Menengah
|
8
|
Sekolah Dasar
|
1833
|
Kairo
|
Dasar
|
9
|
Sekolah Menengah Umum
|
1825
|
Kasr Al-‘ayni
|
Menengah
|
10
|
Politeknik
|
1820
|
Kairo
|
Tinggi
|
11
|
Sekolah Accounting
|
1826
|
Kairo
|
Menengah
|
12
|
Sekolah Sipil
|
1829
|
Kairo
|
Menengah
|
13
|
Sekolah Irigasi
|
1831
|
Kairo
|
Menegah
|
14
|
Sekolah Industri
|
1831
|
Kairo
|
Menengah
|
15
|
Sekolah Administrasi
|
1834
|
Kairo
|
Menengah
|
16
|
Sekolah Pertanian
|
1834
|
Kairo
|
Menengah
|
17
|
Sekolah Perwira A. Laut
|
-
|
Alexandria
|
Menengah
|
18
|
Akademi Industri Bahari
|
-
|
Alexandria
|
Tinggi
|
19
|
Sekolah Tinggi Kedokteran
|
1823
|
Kairo
|
Tinggi
|
Lembaga tersebut bertugas untuk merencanakan perluasan pendidikan dikalangan masyarakat Mesir, dan juga bertugas menambah pembangunan sekolah-sekolah dasar dan dua buah sekolah menengah umum, yang bertempat di Kairo dan Alexandria dan beberapa sekolah khusus. Lembaga ini mempunyai Inspektur Jendral Sekolah, sejak tahun 1250/1834 ditunjuklah Kolonel Seve sebagai Inspektur.Setelah itu Departemen Diwan al-jihadiyya berubah nama menjadi Departemen Diwan al-Madaris atau disebut Ministere de l’instruction Publique, yang setelah itu berubah lagi menjadi Kementrian Pendidikan, kementrian ini selain bertugas mengawasi dan melakukan pembangunan sekolah-sekolah baru juga kementrian ini bertugas menata kembali penerbitan majalah al-waqa’i al-Mishriyya.Diwan al-Madaris ini tugasnya dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian bahasa Arab, bagian bahasa Turki, bagian Teknik.Dari informasi di atas, Muhammad Ali Pasha mengadakan pembaharuan yang besar dalam lembaga dan manajemen pendidikan saat itu. Dalam hal kurikulum Muhammad Ali Pasha menghendaki adanya pembaharuan dalam bidang kurikulum pendidikan di Mesir saat itu ialah, dia ingin menyesuaikan kurikulum tersebut dengan keadaan dan tuntutan zaman serta relevan dan selaras dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai sehingga nantinya tidak jauh tertinggal dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa. Kurikulum tersebut masih asing di lingkungan sekolah-sekolah Mesir dan masyarakatnya, akan tetapi Muhammad ‘Ali Pasya berhasil mengadobsi ilmu-ilmu modern dari Barat tersebut, salah satu yang melatar belakangi keberhasilan tersebut adalah dikarenakan dirinya sebagai raja.Adapun ilmu-ilmu modern yang dimasukkan Muhammad ‘Ali Pasya didalam Kurikulum Pendidikan yaitu:[12]
No
|
Bidang Disiplin Ilmu
|
Mata Pelajaran
|
1
|
Ilmu Pengetahuan Bahasa
|
Bahasa Itali
Bahasa Perancis
Bahasa Turki
Bahasa Persia
|
2
|
Ilmu Pengetahuan Sosial
|
Sejarah
Geografi
Ekonomi
Antropologi
Administrasi Negara
Pendidikan Kemasyarakatan
Filsafat
Militer
Hukum
|
3
|
Ilmu Pengetahuan Alam
|
Fisika
Farmasi
Ilmu Alam
Ilmu Kedokteran
Ilmu Teknik
Arsitek
Kimia
|
4
|
Matematika
|
Arithmatic
Matematika
|
5
|
Pengetahuan Keterampilan
|
Keterampilan
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
|
[1] Abd Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir, (Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2008), h.26[2] Wahyudin, Nur Perkembangan Pemikiran Moderen di Dunia Islam, (Medan: IAIN SU, 2000), h.10[3] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h.35[4] Hasan, Asari, Modernisasi Islam, (Bandung: Citapustaka Media, 2002), h. 56[5] Hasan, Asari, Modernisasi...,h. 57[6] Wahyudin, Nur Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Medan: IAIN SU, 2000), h. 13[7] Hasan, Asari, Modernisasi..., h. 38-39[8] Abd Mukti, Pembaharuan Lembaga Pendidikan di Mesir (Bandung : Cita Pustaka Media Perintis, 2008), h. 34-35[9] Ahmad Syalabi, Mausu’at al-Tarikh wa al-Hadarat al-Islamiyat, Jilid V, (tp: Maktabat al-Nahdhat al-Mishriyat, 1973), h. 356[10] Abd Mukti, Pembaharuan..., h. 78[11] Abd Mukti, Pembaharuan, h. 83[12] Abd Mukti, Pembaharuan, h. 88-89
[1] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II. Cet. Keenam, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986), h. 96[2] Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Cet. Ketujuh, (Jakarta: Indonesia Bulan Bintang, 1990), h. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar